DPR : Dewan Perwakilan Rakyat Atau Dewan Perwakilan Aparat?

DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

DPR : Dewan Perwakilan Rakyat – Para era politik sekarang ini, pasti banyak dari kalian yang berpikir mengapa mereka yang sering di sebut-sebut sebagai wakil rakyat, namun suaranya sering bersebrangan dengan rakyak?
Setiap kali adanya kebijakan kontroversial, pasti yang paling keras bukan merupakan suara DPR yang membela rakyat. Melainkan suara rakyat itu sendiri yang menolak keras atas keputusan yang di buat oleh DPR.

Aksi Demo Dan Kemurkaan Rakyat

Beberapa waktu yang lalu, terdapat aksi besar yang terjadi bahkan di berbagai kota. Banyak rakyat yang turun ke jalan bukan karena hobi, namun di karenakan mereka sudah merasa muak akan berbagai kebijakan yang hanya menguntungkan pihak tertentu atau bahkan merugikan masyarakat. Dan bahkan banyak yang merasa bahwa DPR : dewan perwakilan rakyat lebih pantas untuk di sebut sebagai DPA : dewan perwakilan aparat.
Tentunya kemarahan masyarakat bukan karena tidak memiliki alasan. Dan parahnya di tengah gelombang protes tersebut ada beberapa wakil rakyat malah seperti menantang rakyatnya.

Seperti Eko patrio yang membuat vidio yang berisi ala DJ di tengah banyak warga yang mengecam kegiatan joget-joget oleh anggota DPR di ruang sidang.

Selain itu ada juga Syaroni yang dengan mudahnya melontarkan kata kasar”tolol” kepada rakyat, padahal dia bisa di bangkunya sekarang juga di karenakan rakyat yang memilih mereka.

Baca Juga : Gerakan Anti Empati Pejabat Publick Yang Semakin Menjadi

Dan bahkan yang bisa di bilang yang paling di sorot adalah pernyataan Puan maharani yang juga merupakan ketua DPR yang sempat mengatakan bahwa rakyat boleh datang ke gedung DPR dan berdiskusi dengan mereka. Namun ketika rakyat benar-benar datang, nyaris tidak ada satupun wakil rakyat yang hadir di sana seolah sedang lari dan bersembunyi dari rakyat.

Seandainya saja waktu itu para wakil rakyat tersebut benar-benar turun dan mendengarkan apa keinginan masyarakat. Mungkin tidak akan ada tragedi anggota ojek online yang tewas di lindas aparat terjadi. Mungkin tidak akan ada pembakaran dan amarah yang sebesar itu. Lalu setelah adanya korban berjatuhan, setelah publik menangis dan menjerit-jerit di media sosial, barulah para perwakilan rakyat turun ke lapangan.

Ketika Suara Rakyat Hanya Jadi Gema Di Jalanan

Ada banyak undang-undang yang di sahkan justru di anggap tidak masuk akal dan juga tidak berpihak pada rakyat. Dan bahkan lebih berpikak menguntungkan aparat atau kelompok tertentu. Padahal DPR merupakan lembaga yang seharusnya bisa menyuarakan keinginan rakyat. Namun keputusan yang di ambil malah bersifat sebaliknya, jadi siapa sebenarnya yang mereka wakili?

Saatnya Rakyat Berkaca

Mungkin sekarang sudah waktunya untuk rakyat untuk tidak lagi berharap dengan yang namanya “wakil” namun tidak mewakili sama sekali. Namun rakyat harus sadar bahwa kekuatan mereka tidak ada di kursi parlemen, melainkan suara yang tidak akan bisa di bungkam yang merupakan suara kejujuran dan kesadaran bersama.

Tuntutan Dan Harapan Baru

Rakyat tidak hanya menuntu pada perubahan mengunakan aksi, namun juga melewati gagasan. Tuntutan yang banyak di suarakan bukan hanya sekedar seruan namun juga merupakan harapan untuk demokrasi bisa benar-benar kembali kepada rakyat. Dan agar DPR : dewan perwakilan rakyat bisa benar-benar merasakan dan mendengarkan apa keinginan para rakyat. Lalu semoga saja UUD perampasan aset akan bisa sesegera mungkin di sahkan, agar mereka yang korup, bisa benar-benar di adili, dan harta hasil korupsi yang mereka lakukan bisa kembali ke rakyat.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *